Monday 3 November 2014

Jhonatan Strange & Mr. Norrel, perseteruan 2 Penyihir terbesar abad Ini


  • Judul Buku : Jhonatan Strange & Mr. Norrel (trilogi)
  • Penulis : Susanna Clarke
  • Penerjemah : Femmy SyahraniPenyunting : Tim Editor Qanita
  • ISBN-10 : 979-22-4863-3, ISBN-13 : 978-979-22-4863-0 
  • Cetakan September 2009
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
  • Jumlah Halaman : Jilid I :, Jilid II :, Jilid III : 464 hlm
  • Harga : Rp. 100.000 harga asli 160.000 (beli di Kaskus)
  • Rating : Remaja
Trilogi ini sungguh kisah yang sangat kompleks dan detail, dengan ketebalan yang cukup mengenyangkan meskipun sudah dibagi ke dalam 3 jilid. Novel ini menceritakan perseteruan 2 penyihir Inggris pada tahun 1800-an (semasa Napoleon Bonaparte berjaya) dengan 2 idealisme yang bertentangan yang sama-sama berjuang mengembalikan kejayaan sihir di Ingrris Raya. 
Ringkasan Cerita :
Jilid I 
Menceritakan kondisi Inggris Raya pada masa peperangan sekutu Inggris melawan Napoleon Bonaparte dari Perancis. Di masa saat perbudakan masih terjasi, kaum bangsawan dan para pria terhormat di Inggris meyakini  bahwa ilmu sihir adalah sebuah ilmu pengetahuan yang hanya layak dipelajari seperti kita mempelajari pelajaran sejarah di dalam kelas, dan mereka meyakini bahwa tidak ada seorang penyihirpun yang menguasai seni sihir praktis pada masa itu karena seni sihir telah lama punah bersama kepergian Sang Raja Gagak, yaitu guru dari segala guru para penyihir praktis di masa lalu. Sehingga, meskipun banyak pria terhormat di masa itu yang mengakui sebagai penyihir, bahkan membuat sebuah organisasi bernama Perkumpulan Penyihir York, tidak satupun diantara mereka yang pernah mempraktekan satu mantra pun dalam hidupnya dan mereka lebih pantas disebut sebagai penyihir teoritis. 
Mr. Norrel adalah seorang pria kaya raya kutu buku yang tinggal di pedesaan dan memiliki koleksi buku-buku sihir terlengkap yang pernah ada. Dia tidak pandai bergaul dengan orang lain dan mempercayakan keperluan sosialnya kepada pesuruh kepercayaannya Jhon Childermass. Pada suatu hari, Mr Norrel melancarkan muslihat untuk menguasai koleksi buku di perpustakaan Perkumpulan Penyihir York sehingga namanya menjadi terkenal (dan sesuai dengan klaimnya) sebagai satu-satunya penyihir praktis yang pernah ada setelah ratusan tahun. Dan untuk mewujudkan cita-citanya mengembalikan kejayaan sihir di Inggris, Mr. Norrel dan Childermass kemudian pindah ke kota London.
Jilid II
Menceritakan perjuangan Mr.Norrel memperkenalkan seni sihir kepada Inggris dengan siasat mendekati para bangsawan dan pejabat pemerintahan Inggris. Pada masa ini Mr. Norrel yang tidak pandai bersosialisasi didekati dan akhirnya berteman dengan Drawlight (seorang pria yang sebetulnya miskin yang mampu mempertahankan gaya hidup mewahnya dengan selalu memastikan diri untuk selalu berdekatan dengan para bangsawan dan kaum berada dengan membual serta mlakukan penipuan) serta Lasceles pecinta kesenangan yang lebih beruntung dari drawlight karena mampu membiayai gaya hidupnya dengan harta benda dan kekayaannya sendiri. 
Pada masa-masa
ini Mr. Norrel Mulai terkoneksi dengan para pejabat pemerintahan, para menteri dan Jenderal berkat bantuan Drawlight dan Lasceles sehingga dia dapat mengabdikan seni sihirnya untuk membantu mengatasi permasalahn negara. Namun, ambisi Mr. Norrel untuk menjadi penyihir terbesar (dan satu-satunya) menarik banyak masalah dalam hidupnya hingga puncaknya dia terpaksa melakukan suatu sihir gelap yang mati-matian ditentangnya. 
Pada jilid ini pun diceritakan kemunculan Jhonatan Strange, seorang penyihir praktis yang jauh lebih berbakat daripada Norrel, memiliki istri dan juga memesona banyak orang. Sekejap saja Strange disejajarkan dengan Norrel dan mereka menjadi Dua Penyihir Terbesar Abad Ini, yang sama sekali tidak disukai Norrel, meskipun Norrel akhirnya mau mengajarkan sedikit ilmu sihir kepada Strange  dengan berbagi buku-buku bacaan sihir bermutu kepada Strange, sambil menyembunyikan sebagian yang lain di perpustakaannya. Strange akhirnya lebih tepat bila disebut sebagai rekan Norrel, Mereka  bekerjasama mengabdi kepada pemerintahan Inggris dalam upaya mengatasi peperangan dengan Perancis. Namun pada akhirnya terpaksa berpisah jalan karena perbedaan akibat kenaifan dan kepicikan Norrel.

Jilid III
Menceritakan perseteruan Strange dan Norrel dan perjuangan Strange mengembalikan istrinya yang ditenung dan dibawa ke dunia peri oleh seorang peri tanpa nama yang dikenal dengan Pria Berambut Ilalang. Di buku ini akhirnya diungkapkan bagaimana masing-masing tokoh di dalamnya hanyalah menjalani peran mereka yang sesungguhnya telah diramalkan oleh Sang Raja Gagak ratusan tahun lalu, yang tertuang dalam sebuah buku yang ternyata bermetamorfosis menjadi sesosok manusia yang berprofesi sebagai peramal jalanan bernama Vincullus. Ramalan ini menyatakan bahwa seorang Raja yang tidak hanya menguasai Inggris tetapi juga Kerajaan Peri sebagaimana halnya Sang Raja Gagak sendiri, akan kembali berkuasa lewat media kedua penyihir ini. Lantas siapakah sebenarnya sang Raja tersebut?

Komentar saya :
  1. Buku ini ditulis dengan apik bak buku sejarah lengkap dengan catatan kaki yang mengacu pada buku-buku lain (fiktir tentu saja) yang dijadikan referensi oleh si penulis saat menceritakan kisah di novel ini. Sungguh sebuah gaya penulisan yang unik, saya, setidaknya sampai dengan saat ini, belum pernah menemukan novel dengan gaya penuturan bergaya seperti ini.Saat membaca buku ini, saya dibuat percaya bahwa apa yang tertulis di novel ini adalah benar adanya.
  2. Tokoh dalam buku ini sangat banyak dan tidak selalu muncul dan memiliki peran yang penting. Sejujurnya saya sempat mengalami kejenuhan saat membaca jilid II, Jalan cerita terasa datar dan memang tidak ada konflik yang terjadi, sehingga saya tidak dibuat penasaran. Hal ini membuat saya tidak memilki  motivasi yang besar untuk segera menandaskan bacaan saya seperi biasanya.
  3. Penyelesaian cerita kurang sesuai dengan harapn saya, bahkan menyisakan pertanyaan di benak saya karena cerita dibuat menggantung, tidak berakhir bahagia tetapi tidak juga berakhir dengan menyedihkan. 
  4. Hanya karena saya memiliki ketretarikan dengan kisah-kisah Inggris tempo dulu, maka saya mampu menyelesaikan trilogi ini dan tidak berhenti di tengah jalan, meskipun godaan untuk itu amat besar terutama di akhir Jilid I dan di pertengahan Jilid II. 
  5. Bila kamu mengharapkan cerita yang naik turun, memicu simpati, menguras otak dan emosi, buku ini bukanlah yang kamu cari. Tapi, bila kamu mengharapkan bacaan yang padat untuk mengisi liburan, saya rasa buku ini tidaklah terlalu mengecewakan. Buku ini setidaknya mengajarkan saya bahwa "Adalah lebih baik tidak memiliki teman sama sekali daripada berteman dengan orang yang salah".

Keep reading and love your books!
Salam, 

  Bibliofili

No comments:

Post a Comment